Never before, in any of the great wars, have six generals been lost in a single night

Kata-kata dalam judul di atas tidak sekedar menggambarkan bagaimana suatu pertikaian menyebabkan satu pihak kehilangan pahlawan-pahlawannya, tetapi ada tersirat bagaimana satu pihak mensiasati pihak seterunya sehingga harus kehilangan 6 (enam) jenderalnya dalam semalam.

Sampai sekarang tidak jelas pihak-pihak mana sebetulnya yang bertikai saat itu.

Ya mengingat tanggalnya pembaca mudah-mudahan bisa menebak kasus apa yang sedang kita baca ini.

G30S-PKI demikian guru-guru SD-SMA saya menyebutkan peristiwa ini, menurut cerita sejarah beberapa hari setelah peristiwa itu Bung Karno sang Presiden dan diikuti massmedia yang ada saat itu menyebut peristiwa ini dengan Gerakan 30 September, Omar Dani (mantan Pangau saat peristiwa itu) dalam wawancara dengan majalah TEMPO setelah keluar dari penjara mempertanyakan penambahan kata PKI dalam menyebutkan peristiwa itu.

Pihak-pihak mana yang bertikai bukan kapasitas saya untuk menuliskannya di sini.

Tapi enam perwira tinggi dan seorang pama TNI-AD:

  • Letnan P.A. Tendean
  • Mayjen S. Parman dan Mayjen R. Suprapto
  • Mayjen M.T. Haryono dan Brigjen Sutoyo S
  • Letjen Achmad Yani
  • Brigjen DI. Pandjaitan

Yang menjadi korban pertikaian itu, semoga selalu mengingatkan kita agar pertikaian tidak terjadi lagi.

Banyak referensi yang bisa kita baca untuk mengurai peristiwa itu kembali tapi kebenaran yang sesungguhnya wallahualam.

Kalau pembaca merasa aneh membaca urutan enam pati dan seorang pama TNI-AD di atas, urutan tersebut adalah berdasarkan urutan pengambilan jenazah dari sumur di Lobang Buaya.

Ada satu referensi yang saya temukan di Scribd.com dimana kata-kata yang saya kutip sebagai judul tulisan ini bisa ditemukan, yaitu: Sukarno and the Indonesian Coup: The Untold Story tulisan Helen-Louise Hunter

Tulisan ini seharusnya diakhiri dengan ‘Andika Bayangkari’. Mari bersama-sama kita bayangkan mendengarkannya